Selasa, 10 Januari 2017

Etika Batuk

PENGERTIAN
Batuk bukanlah suatu penyakit. Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh disaluran pernapasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi ditenggorokan karena adanya lender, makana, debu, asap dan sebagainya.
Batuk terjadi karena rangsangan tertentu, misalnya debu di reseptor (hidung, saluran pernapasan, bahkan telinga). Kemudian reseptor akan mengalirkan lewat syaraf ke pusat batuk yang berada diotak. Disini akan member sinyal ke otot-otot tubuh untuk mengeluarkan benda asing tadi, hingga terjadilah batuk.
Bersin merupakan suatu mekanisme pertahanan tubuh untuk mencegah masuknya zat asing kedalam tubuh. Oleh karena itu, jangan ditahan jika anda terasa ingin bersin. Bersin adalah respon tubuh yang dilakukan oleh membran hidung ketika mendeteksi adanya bakteri dan kelebihan cairan yang masuk kedalam hidung, sehingga secara otomatis tubuh akan menolak bakteri tersebut. Bersin juga dapat timbul akibat adanya peradangan (rhinosinusitis), benda asing, infeksi virus, atau reaksi alergi. Reaksi alergi tersebut muncul karena paparan terhadap bahan alergren.
Etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia yang dipandang dari segi baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
Etika batuk dan bersin adalah tata cara batuk dan bersin yang baik dan benar dengan cara menutup hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju. Jadi bakteri tidak menyebar keudara bebas dan tidak terjadi penularan ke orang lain.



TUJUAN ETIKA BATUK DAN BERSIN
Selain sebagai mekanisme pertahanan tubuh batuk dan bersin juga salah satu penyebab terjadinya penyebaran virus di udarah bebas, khususnya penyakit/virus yang berhubungan dengan pernapasan manusia. Maka dari itu, tujuan seseorang melakukan etika batuk dan bersin yang benar adalah untuk mencegah penyebaran suatu penyakit secara luas melalui udara bebas (Droplets) dan membuat kenyamanan pada orang disekitarnya. Droplets tersebut dapat mengandung kuman infeksius yang berpotensi menular keorang lain disekitarnya melalui udara pernapasan. Penularan penyakit melalui udara pernafasan disebut “aire borne disease”.

PENYEBAB TERJADINYA BATUK DAN BERSIN
1.      Alergi
a.       masuknya benda asing secara tidak sengaja kedalam saluran pernapasan, misalnya : debu, asap, makanan, dan cairan.
b.      Mengalirnya cairan hidung kearah tenggorokan dan masuk ke saluran pernapasan, misalnya : rhinitis, alergika, batuk pilek.
c.       Penyempitan pada saluran pernapasan, misalnya : Asma
2.      Infeksi
Produksi dahak yang sangat banyak karena infeksi saluran pernapasan, misalnya : flu, bronchitis, dan penyakit yang cukup serius meskipun agak jarang pneumoni, TBC, kanker paru-paru.


KEBIASAAN BATUK DAN BERSIN YANG SALAH
Ada beberapa kebiasaan seseorang ketika batuk atau bersin yang dianggap salah yaitu sebagai berikut :
1.      Tidak menutup mulut saat batuk atau bersin di tempat umum.
2.      Tidak mencuci tangan setelah digunakan untuk menutup mulut atau hidung saat batuk atau bersin.
3.      Membuang ludah batuk disembarang tempat.
4.      Membuang atau meletakkan tissue yang sudah dipakai disembarang tempat.
5.      Tidak menggunakan masker saat flu atau batuk.

DAMPAK DARI BATUK DAN BERSIN
1.      Rasa Lelah
2.      Gangguan tidur
3.      Perubahan Pola Hidup
4.      Nyeri muskolaskeletal
5.      Suara Serak
6.      Mengganggu Nafas dll.

CARA BATUK ATAU BERSIN YANG BAIK DAN BENAR
Hal-hal yang anda perlukan :
a.       Lengan baju
b.      Tissue
c.       Sabun dan air
d.      Gel pembersih tangan
Adapun langkah-langkah batuk atau bersin yang baik dan  benar yaitu ;
Langkah 1
Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitr anda dan tutup hidung dan mulut anda dengan menggunakan tissue astau saputangan atau lengan dalam baju anda setiap kali anda merasakan dorongan untuk batuk atau bersin.
Langkah 2
Segera buang tissue yang sudah dipakai kedalam tempat sampah.
Langkah 3
Tinggalkan ruangan /tempat anda berada dengan sopan dan mengambil kesempatan untuk pergi cuci tangan dikamar kecil terdekat atau menggunakan gel pembersih tangan.
Langkah 4
Gunakan masker

TIPS DAN PERINGATAN
1.      Ajarkan anak-anak cara tepat untuk batuk dan bersin untuk membantu mengurangi penyebaran penyakit di udara.
2.      Bersin pada lengan baju bagian dalam adalah cara penting untuk membantu mengurangi penyebaran penyakit udara diseluruh dunia.
3.      Jika menggunakan tissue, itu hanya boleh digunakan sekali diikuti segera dengan mencuci tangan dan membuang tissue pada tempat sampah.


DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. PT. Rineka Cipta : Jakarta.
Notoatmodjo, soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Prilaku. PT. Rineka Cipta : Jakarta.
http://ellajonsoo.blogspot.co.id/2012/06/promosi-kesehatanpromosi-kesehatan.html?m=1



Sejarah Keperawatan



SEJARAH KEPERAWATAN DI DUNIA
Mempelajari sejarah keperawatan akan memberikan kebanggaan tersendiri, karena bisa mengingatkan kita pada perawat di masa lalu yang telah bekerja keras, hingga akhirnya kita bisa merasakan hasilnya seperti sekarang ini. Sejarah keperawatan akan membuka mata kita tentang bagaimana perkembangan keperawatan, bagaimana tantangan yang dihadapi dan apa yang akan dicapai oleh keperawatan di masa datang. Mengetahui masa lalu dan memahami keperawatan terdahulu akan memberzikan suatu kesempatan untuk menggunakan pengalaman dan pelajaran yang dapat digunakan di masa kini dan masa depan.
Lahirnya keperawatan dapat dikatakan bersamaan dengan penciptaan manusia, yaitu penciptaan Adam dan Hawa. Keperawatan lahir sebagai bentuk keinginan untuk menjaga seseorang tetap sehat dan memberikan rasa nyaman, pelayanan dan keamanan bagi orang yang sakit. Walaupun secara umum tujuan keperawatan relatif sama dari tahun ke tahun, praktik keperawatan dipengaruhi oleh perubahan kebutuhan masyarakat, sehingga keperawatan berkembang secara bertahap. Keperawatan yang kita ketahui saat ini tidak dapat dipisahkan dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradapan manusia.
          Kepercayaan terhadap animisme, penyebaran agama besar di dunia serta kondisi sosial ekonomi masyarakat, seperti terjadinya perang, renaissanceserta gerakan revolusi Luther turut mewarnai perkembangan keperawatan di dunia. Pada awal sejarahnya, keperawatan dikenal sebagai bentuk pelayanan komunitas dan pembentukannya berkaitan erat dengan dorongan alami untuk melayani dan melindungi keluarga (Donahue, 1995). Umur keperawatan sama tuanya dengan kedokteran. Sepanjang sejarah, profesi keperawatan dan kedokteran saling bergantung satu sama lain. Selama era Hipokrates, kedokteran bekerja tanpa perawat dan selama abad pertengahan, keperawatan bekerja tanpa dukungan medis (Donahue, 1995; Deloughery, 1995). Menurut sejarah, laki-laki dan perempuan telah memegang peran perawat, masuknya perempuan dalam keperawatan dimulai sekitar 300 M (Shryock, 1959; Donahue, 1995). Pada abad keenam jumlah laki-laki yang memasuki dunia keperawatan semakin meningkat.



KEPERAWATAN ZAMAN PURBA
          Menggambarkan keperawatan pada zaman primitive merupakan hal yang sulit, juga sulit untuk membedakan peran dokter dan perawat. Pada masa itu, perawatan dan penyembuhan penyakit diperoleh dari penyebaran dari mulut ke mulut. Peran wanita tradisional sebagai istri, ibu, anak perempuan dan saudara perempuan selalu mencakup perawatan dan pengasuhan anggota keluarga yang lainnya. Istilah perawat (nurse)  berasal dari perawatan yang diberikan ibu kepada bayinya yang tidak berdaya.
Pada zaman purba (primitive culture), manusia percaya bahwa apa yang ada di bumi mempunyai kekuatan mistik/spiritual yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Kepercayaan ini disebut animisme. Mereka meyakini bahwa sakitnya seseorang disebabkan oleh kekuatan alam atau pengaruh kekuatan gaib seperti batu-batu besar,  gunung-gunung  yang tinggi, pohon-pohon yang besar, sungai-sungai yang besar, dll. Pada saat itu peran perawat tidak berkembang, masyarakat pada masa itu lebih senang pergi ke dukun untuk mengobatkan anggota keluarganya yang sakit. Masyarakat menganggap bahwa dukun lebih mampu mencari, mengetahui dan mengatasi roh yang masuk ke tubuh orang yang sakit.
          Fenomena animisme terlihat pada sejarah Bangsa Mesir dan Cina. Pada masa itu bangsa Mesir menyembah Dewa Isis, Dewa yang diyakini bisa menyembuhkan penyakit. Masyarakat Cina menganggap penyakit disebabkan oleh syetan atau makhluk halus dan akan bertambah parah jika orang lain memegang orang yang sakit, akibatnya perawat tidak diperkenankan untuk merawat orang yang sakit.

 ZAMAN PERADAPAN KUNO
Pada masa ini, keyakinan mengenai penyebab penyakit masih mirip dengan zaman primitif, yaitu didasarkan pada takhayul dan magis, sehingga penyembuhan membutuhkan penyembuhan magis. Pendeta atau dokter penyihir menikmati status dalam masyarakat kuno. Sejalan dengan perkembangan peradapan, teori praktis perawatan medis yang muncul sebagai penyebab penyakit non-medis mulai terobservasi. Catatan tertua mengenai praktik penyembuhan ada pada lembaran tanah liat berusia 4000 tahun yang dihubungkan dengan peradapan Sumeria. Lembaran ini berisi tentang resep obat, tetapi tidak dituliskan untuk mengatasi penyakit apa.
Lontar Eber merupakan temuan kebudayaan Mesir. Lontar ini tertanggal sekitar tahun 1550 SM, dan dipercayai sebagai teks medis tertua di dunia. Lontar ini berisi uraian tentang banyak penyakit yang diketahui saat ini dan mengidentifikasi gejala spesifik. lontar Eber juga berisi 700 zat yang digunakan untuk obat-obatan disertai cara penyiapan dan penggunaannya. Mumifikasi atau pembalseman juga muncul pada masa ini, mumifikasi berasal dari keyakinan bahwa ada kehidupan setelah kematian. Dibutuhkan ilmu dan pengetahuan untuk membuat larutan yang bisa digunakan untuk mengawetkan mayat. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa itu sudah mengenal ilmu fisiologi, anatomi dan patofisiologi.
Bangsa Yahudi kuno menyumbangkan Mosaic Health Code. Kode ini dianggap sebagai legislasi sanitari pertama dan berisi catatan pertama mengenai syarat kesehatan masyarakat. Kode ini mencakup aspek individu, keluarga, dan kesehatan komunitas, termasuk di dalamnya membedakan antara yang bersih dengan tidak bersih.
Budaya Afrika kuno, fungsi pengasuhan yang dimiliki oleh perawat termasuk peran sebagai bidan, herbalis, ibu susu, dan pemberi perawatan untuk anak dan lansia (Dolan, Fitzpatrick, dan Herrmann, 1983). Budaya India kuno, sudah mengenal adanya perawat laki-laki yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a.  Pengetahuan mengenai cara mempersiapkan obat yang akan diberikan
b.  Pintar
c.  Mampu mencurahkan kasih sayang ke pasien
d.  Kemurnian pikiran dan tubuh
Adapun perawat wanita India bertindak sebagai bidan dan merawat anggota keluarga yang sakit. Peran perawat dalam budaya Cina kurang disebutkan, namun peran Cina kuno lebih banyak pada penemuan obat herbal, pemakaian akupunktur sebagai metode pengobatan, dan publikasi Nei Ching (canon of medicine), yang merinci empat langkah pemeriksaan: melihat, mendengar, bertanya dan merasakan.
          Sejarah Yunani dan Romawi kuno, perawatan orang sakit lebih maju dalam mitologi dan realitas. Dewa mitos Yunani yang dinggap sebagai  dewa penyembuh adalah Asklepios, istrinya Epigone adalah dewi penenang, Hygenia anak perempuan Asklepios adalah dewi kesehatan dan diyakini sebagai perwujudan perawat. Kuil yang dibangun untuk menghormati Asklepios menjadi pusat penyembuhan, pendeta kuil Asklepios memberikan penyembuhan melalui pengobatan natural dan supranatural (Donahue, 1996). Seorang dokter Yunani kuno, Hipocrates, mempercayai bahwa penyakit memiliki penyebab alami. Pernyataan Hipocrates ini sangat bertentangan dengan pendapat tabib pendeta di kuil yang mengatakan bahwa penyebab penyakit adalah magis dan mistik. Sedangkan kontribusi Romawi terhadap perawatan kesehatan adalah sanitasi umum, pengeringan rawa, dan pembangunan saluran air, tempat pemandian umum dan pribadi, sistem drainase, dan pemanasan sentral.

ZAMAN KEAGAMAAN
          Kemajuan peradapan manusia dimulai ketika manusia mengenal agama. Penyebaran agama sangat mempengaruhi perkembangan peradaban manusia sehingga berdampak positif terhadap perkembangan keperawatan. Pada permulaan Masehi, agama kristen mulai berkembang. Agama kristen cukup besar mempengaruhi profesi keperawatan. Salah satu catatan di awal sejarah digambarkan bahwa keperawatan merupakan bentuk  perintah dari Diakonia, suatu kelompok kerja seperti perawat kesehatan masyarakat atau yang mengunjungi orang sakit. Dalam awal kehidupan gereja, Diakonia dijalankan oleh perempuan yang ditunjuk oleh pimpinan gereja. Peran mereka adalah mengunjungi orang yang sedang sakit. Penunjukan dilakukan pada wanita yang memiliki status sosial yang tinggi. Pada masa ini, keperawatan mengalami kemajuan yang berarti seiring dengan kepesatan perkembangan agama kristen.
          Kemajuan terlihat jelas, pada masa pemerintahan Lord Constantine, ia mendirikan xenodhoecim  atau hospes dalam bahasa latin yaitu tempat penampungan orang yang membutuhkan pertolongan, terutama bagi orang-orang sakit yang memerlukan pertolongan dan perawatan. Kemajuan profesi keperawatan pada masa ini juga terlihat jelas dengan berdirinya Rumah sakit terkenal di Roma yang bernama Monastic Hospital. Rumah Sakit ini dilengkapi dengan fasilitas perawatan berupa bangsal perawatan, bangsal untuk orang cacat, miskin dan yatim piatu. Sejak abad pertengahan institusi yang bergerak dalam bidang sosial (1100 M sampai 1200 M) mulai bergerak merawat lansia, orang sakit dan orang miskin (Deloughery, 1995).
          Seperti di Eropa, pada pertengahan abad VI masehi, keperawatan juga berkembang di benua Asia. Tepatnya di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah seiring dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama Islam. Kegiatan pelayanan keperawatan berkualiatas telah dimulai sejak seorang perawat muslim pertama yaitu Siti Rufaidah pada jaman Nabi Muhammad S.A.W, yang selalu berusaha memberikan pelayanan terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan apakah kliennya kaya atau miskin(Elly Nurahmah, 2001). Sementara sejarah perawat di Eropa dan Amerika mengenal Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan modern, Negara di timur tengah memberikan status ini kepada Rufaidah, seorang perawat muslim. Talenta perjuangan dan kepahlawanan Rufaidah secara verbal diteruskan turun temurun dari generasi ke generasi di perawat Islam khususnya di Arab Saudi dan diteruskan ke generasi modern perawat di Saudi dan Timur Tengah  (Miller Rosser, 2006)
          Prof. Dr. Omar Hasan Kasule, Sr, 1998 dalam studi Paper Presented at the 3rd International Nursing Conference "Empowerment and Health: An Agenda for Nurses in the 21st Century" yang diselenggarakan di Brunei Darussalam 1-4 Nopember 1998, menggambarkan Rufaidah adalah perawat profesional pertama dimasa sejarah islam. Dia tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam aspek klinikal semata, namun juga melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit. Saat kota Madinah berkembang, Rufaidah mengabdikan diri merawat kaum muslim yang sakit, dan membangun tenda di luar Masjid Nabawi saat damai. Dan saat perang Badr, Uhud, Khandaq dan Perang Khaibar dia menjadi sukarelawan dan merawat korban yang terluka akibat perang. Dan mendirikan Rumah sakit lapangan sehingga terkenal saat perang dan Nabi Muhammad SAW sendiri memerintahkan korban yang terluka dirawat olehnya.
          Konstribusi Rufaidah tidak hanya merawat mereka yang terluka akibat perang. Namun juga terlibat dalam aktifitas sosial di komuniti. Dia memberikan perhatian kepada setiap muslim, miskin, anak yatim, atau penderita cacat mental. Dia merawat anak yatim dan memberikan bekal pendidikan. Rufaidah digambarkan memiliki kepribadian yang luhur dan empati sehingga memberikan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya dengan baik pula. Sentuhan sisi kemanusiaan adalah hal yang penting bagi perawat, sehingga perkembangan sisi tehnologi dan sisi kemanusiaan (human touch) mesti seimbang. Rufaidah juga digambarkan sebagai pemimpin dan pencetus Sekolah Keperawatan pertama di dunia Isalam, meskipun lokasinya tidak dapat dilaporkan (Jan, 1996), dia juga merupakan penyokong advokasi pencegahan penyakit (preventif care) dan menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan (health education)
          Memasuki abad VII Masehi, agama Islam tersebar ke berbagai pelosok negara dari Afrika, Asia Tenggara sampai Asia Barat  dan Eropa (Turki dan Spanyol). Pada masa itu di jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene, dan obat-obatan. Prinsip-prinsip dasar perawatan kesehatan seperti menjaga kebersihan diri (personal hygiene), kebersihan makanan, air dan lingkungan berkembang pesat. Masa Late to Middle Ages (1000 – 1500 M), negara-negara Arab membangun RS dengan baik, dan mengenalkan perawatan orang sakit. Ada gambaran unik di RS yang tersebar dalam peradaban Islam dan banyak dianut RS modern saat ini hingga sekarang, yaitu pemisahan anatar ruang pasien laki-laki dan wanita, serta perawat wanita merawat pasien wanita dan perawat laki-laki, hanya merawat pasien laki-laki (Donahue, 1985, Al Osimy, 2004).

KEPERAWATAN ABAD PERTENGAHAN
          Permulaan abad XVI, struktur  dan orientasi masyarakat mengalami perubahan, dari orientasi kepada agama berubah menjadi orientasi kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan alam serta semangat kolonialisme. Akibat dari hal tersebut adalah banyak tempat ibadah (termasuk gereja) yang ditutup, padahal tempat ini dijadikan tempat untuk merawat orang sakit.
          Di satu sisi, kenyataan ini berdampak negatif. Penutupan tempat ibadah menyebabkan kekurangan tenaga perawat karena sebelumnya, tindakan perawatan dilakukan oleh kelompok agama. Untuk memenuhi kebutuhan perawat, bekas wanita jalanan (wanita tuna susila) atau wanita yang bertobat setelah melakukan kejahatan diterima sebagai perawat. Kejadian ini melatarbelakangi asumsi negatif terhadap perawat, masyarakat beranggapan bahwa wanita terhormat tidak bekerja di luar rumah. Akibat reputasi ini perawat diupah dengan gaji rendah dengan jam kerja lama pada kondisi kerja yang buruk (Taylor. C.,dkk, 1989)
          Di sisi yang lain, adanya perang seperti perang Salib berdampak positif terhadap perkembangan keperawatan. Untuk menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela yang dipekerjakan sebagai perawat. Mereka terdiri dari kelompok agama, wanita-wanita yang mengikuti suaminya ke medan perang turut merawat orang sakit jika diperlukan dan tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat. Pengaruh perang salib terhadap keperawatan adalah mulainya dikenal istilah P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), pada masa itu keberadaan perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan dan timbul peluang kerja bagi perawat di bidang sosial. Setelah perang Salib, kota-kota besar mulai berdiri dan berkembang dengan menurunkan faktor feodalisme. Perkembangan populasi penduduk yang luas di kota-kota tersebut menyebabkan munculnya masalah kesehatan, yang secara otomatis akan membutuhkan peran tenaga kesehatan (termasuk di dalamnya perawat).
          Kurangnya pemeliharaan kesehatan dan sanitasi serta meningkatnya kemiskinan di daerah pedesaan mengakibatkan munculnya masalah kesehatan yang serius pada abad kelima belas sampai abad tuju belas. Faktor-faktor sosial, seperti hukum yang menekan orang miskin dan pajak terhadap jendela rumah, menyebabkan menurunnya ventilasi karena pemilik rumah menutup jendela guna menghindari membayar pajak. Hal tersebut melahirkan suatu kondisi kesehatan yang memerlukan respon dari perawat.
          Pada tahun 1633 dibentuklah kelompok biarawati oleh St. Vincent de paul. Kelompok ini merawat orang-orang di rumah sakit, orang terlantar dan kaum miskin. Selanjutnya kelompok ini terkenal luas sebagai perawat keliling karena mereka merawat orang sakit di rumah-rumah. Pada masa ini juga mulai dirintis pendidikan keperawatan yang dipelopori oleh Louise de Gras. Program pendidikan yang diberikan saat itu adalah pengalaman merawat orang sakit di rumah sakit, dan juga melakukan kunjungan rumah. (Donahue, 1995)
          Peran rumah sakit terhadap perkembangan keperawatan tidak dapat diabaikan. Setidaknya ada tiga rumah sakit yang berperan besar terhadap perkembangan perawat pada zaman pertengahan. Pertama Hotel Dieu di Lion, meskipun pada awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh para mantan Wanita Tuna Susila (WTS) yang telah bertobat, namun rumah sakit ini berperan besar dalam kemajuan keperawatan. Hal ini disebabkan karena tidak lama kemudian pekerjaan perawat digantikan oleh perawat yang terdidik melalui pendidikan keperawatan di rumah sakit tersebut. Kedua, Hotel Dieu di Paris, dirumah sakit ini pekerjaan keperawatan dilakukan oleh kelompok agama, namun sesudah revolusi Perancis, kelompok agama dihapuskan dan pekerjaan diganti oleh orang-orang bebas yang tidak terikat agama. Ketiga, St. Thomas Hospital, didirikan tahun 1123 M, di rumah sakit inilah tokoh keperawatan Florence Nightingale memulai karirnya memperbarui keperawatan. Abad XVIII, pengembangan kota yang lebih besar membawa penambahan jumlah rumah sakit dan memperbesar peran perawat.
          Pada pertengahan abad XVIII dan memasuki abad XIX reformasi sosial masyarakat meruba peran perawat dan wanita secara umum. Pada masa ini keperawatan mulai dipercaya orang dan pada saat ini juga nama Florence Nightingale. Florence Nightingale lahir pada tahun 1820 dari keluarga kaya dan terhormat. Ia tumbuh dan berkembang di Inggris dengan pendidikan yang cukup. Meskipun ditentang keras oleh keluarganya, ia diterima mengikuti kursus pendidikan perawat pada usia 31 tahun. Pecahnya perang Krim (Crimean War), dan penunjukan dirinya oleh Inggris untuk menata asuhan keperawatan pada sebuah rumah sakit Militer milik Turki memberi peluang baginya untuk meraih prestasi (Taylor. C., 1989). Hal ini disebabkan karena ia berhasil mengatasi kesulitan atau masalah yang dihadapi dan berhasil menepis anggapan negatif terhadap wanita dan meningkatkan status perawat.
          Seusai perang krim, Florence Nightingale kembali ke Inggris. Sejarah perkembangan keperawatan di Inggris sangat penting dipahami karena Inggris membuka jalan bagi kemajuan dan perkembangan perawat di mana kepeloporan Florence Nightngale diikuti oleh Negara-negara lain. Tahun 1860, Nightingale menulis Notes on Nursing: What it is and What it is not untuk masyarakat umum. Filosofinya terhadap praktik keperawatan merupakan refleksi dari perubahan kebutuhan masyarakat. Ia melihat peran perawat sebagai seseorang yang bertugas menjaga kesehatan seseorang berdasarkan pengetahuan tentang bagaimana menempatkan tubuh dalam suatu status yang bebas dari penyakit (Nightingale, 1860; Schuyler, 1992). Pada tahun yang sama, ia mengembangkan program pelatihan untuk perawat pertama kali, sekolah pelatihan Nightingale untuk perawat di St. Thomas’ Hospital di London. Konsep pendidikan inilah yang mempengaruhi pendidikan keperawatan di dunia dewasa ini.
          Kontribusi Florence Nightingale bagi perkembangan keperawatan adalah menegaskan bahwa nutrisi merupakan satu bagian penting dari asuhan keperawatan, meyakinkan bahwa okupasional dan rekreasi merupakan suatu terapi bagi orang sakit, mengidentifikasi kebutuhan personal pasien dan peran perawat untuk memenuhinya, menetapkan standar manajemen rumah sakit, mengembangkan standar okupasi bagi pasien wanita, mengembangkan pendidikan keperawatan, menetapkan dua komponen keperawatan yaitu kesehatan dan penyakit, meyakinkan bahwa keperawatan berdiri sendiri dan berbeda dengan profesi kedokteran, dan menekankan kebutuhan pendidikan berlanjut bagi perawat (Taylor, C. 1989).
          Perang sipil (1860-1865) menstimulasi perkembangan keperawatan di Amerika Serikat.Clara Burton, pendiri palang merah Amerika merawat pejuang di medan pertempuran, membersihkan luka, memenuhi kebutuhan dasar, dan menenangkan para pejuang dalam menghadapi kematian. (Donahue, 1995). Setelah perang sipil, sekolah keperawatan di Amerika dan Kanada mulai membentuk kurikulum sendiri mengikuti sekolah Nightngale. Sekolah pelatihan yang pertama di Kanada, St. Catherina di Ontario didirikan tahun 1874. Tahun 1908, Mary Agnes Snively membantu terbentuknya The Canadian National Association of Trained Nurses, selanjutnya nama tersebut berubah menjadi The Canadian Nurses Association (CNA) pada tahun 1924. (Donahue, 1995). Tahun 1899 afiliasi Amerika dan Kanada berhenti, organisasi baru dibentuk dengan nama American Nurses Association (ANA) pada tahun 1911.
          Keperawatan di rumah sakit berkembang pada akhir abad XIX, tetapi di komunitas,  keperawatan tidak menunjukkan peningkatan yang berarti sampai tahun 1893 ketika Lilian Wald dan Mary Brewster membuka The Henry Street Settlement, yang berfokus pada kebutuhan kesehatan orang miskin yang tinggal di rumah penampungan New York. Perawat yang bekerja di tempat ini memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap klien daripada mereka yang bekerja di rumah sakit, karena mereka seringkali menghadapi situasi yang membutuhkan tindakan mandiri dari perintah dokter. Selain itu, dalam mengobati penyakit, orang miskin mmebutuhkan terapi keperawatan yagn ditujukan untuk memperbaiki nutrisi, memberikan penginapan, dan mempertahankan kebersihan. Kemajuan terlihat di rumah sakit, kesehatan masyarakat, dan pendidikan terjadi pada awal abad keduapuluhan. Pada masa itu mulai dirintis pendidikan keperawatan di tingkat universitas. Dengan berkembangnya pendidikan keperawatan maka praktik keperawatan juga mengalami perluasan. Pada tahun 1901 didirika The Army Nurses Corps, diikuti dengan berdirinya The Navy Nurses Corps pada tahun 1908. Spesialisi keperawatan juga mulai dikembangkan. Sekitar tahun 1920-an, dibentuk organisasi perawat spesialis, seperti Assosiation of Operating Room Nurses (1949),American Assosiation of Critical-Care Nurses (1969) dan Oncology Nursing Society(1975).




Anemia



PENGERTIAN
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin(protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Anemiaadalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal eritrosit, kuantitas hemoglobin, dan volume packedredbloodcell (hematokrit) per 100 ml darah.
Penyakit Anemia atau kurang darah adalah suatu kondisi di mana jumlah sel darah merah (Hemoglobin) dalam sel darah merah berada di bawah normal.Hemoglobin yang terkandung di dalam Sel darah merah berperan dalam mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Seorang pasien dikatakan anemia apabila konsentrasi Hemoglobin (Hb) pada laki-laki kurang dari 13,5 g/dl dan Hematokrit kurang dari 41%, Pada perempuan konsentrasi Hemoglobin kurang dari 11,5 g/dl atau Hematocrit kurang dari 36%.
Anemia merupakan salah satu penyakit yang umum terjadi di Indonesia. Berdasarkan data WHO (World Health Organization) atau Badan Kesehatan Dunia dan juga data kesehatan Indonesia menunjukan bahwa negara Indonesia sebagai salah satu negara dengan kasus Anemia terbanyak. Hal ini di sebabkan oleh sebagian besar penduduk Indonesia yang mengalami kekurangan zat besi yang merupakan salah satu permasalahan nutrisi terbesar di negara ini. Kategori seseorang dengan resiko tertinggi adalah Ibu hamil, wanita pada masa subur dan Anak-anak.
Pengertian Anemia sendiri adalah penyakit yang timbul ketika pada saat tubuh dalam kondisi kekurangan sel darah merah yang dapat berfungsi dengan baik. Seperti pada data kasus di atas penyebab lain timbulnya Anemia, karena tubuh seseorang mengalami kekurangan zat besi. Dimana zat besi sangat di perlukan pada tubuh seseorang untuk memproduksi komponen sel darah merah yang sering di sebut dalam dunia medis dengan istilah Hemoglobin.
Sel darah merah berfungsi untuk mengangkut dan menyimpan oksigen dari paru-paru dan di salurkan ke seluruh organ tubuh. Sel darah merah juga dapat berfungsi untuk pembuangan gas karbondioksida dari sel-sel di organ paru-paru. Apabila seseorang mengalami kekurangan sel darah merah, maka hal tersebut akan berdampak pada organ pernapasan seperti penyebaran oksigen ke seluruh tubuh akan terhambat serta pembuangan zat karbondioksida akan terganggu.
Anemia terjadi ketika sel darah merah di dalam darah jumlahnya kurang atau sel darah merah tidak memiliki hemoglobin yang cukup. Hemoglobin adalah protein yang memberi warna merah pada darah. Fungsi utama hemoglobin adalah untuk membawa oksigen dari paru-paru ke semua bagian tubuh. Jika seseorang menderita anemia, darahnya tidak membawa oksigen yang cukup untuk didistribusikan ke semua bagian tubuh. Tanpa oksigen, organ dan jaringan tidak dapat bekerja secara optimal. Lebih dari 3 juta manusia di USA mengidap anemia. Wanita dan orang yang memiliki penyakit kronis beresiko paling besar mengidap anemia.

KRITERIA DAN DERAJAT ANEMIA
1.      Penentuan anemia pada seseorang tergantung pada usia, jenis kelamin dan tempat tinggal
Kriteria anemia menurut WHO (1968) adalah :
ü  Laki-laki dewasa                     : Hemoglobin <13 g/dl
ü  Wanita dewasa (tidak hamil) : Hemoglobin <12 g/dl
ü  Wanita hamil                           : <11 g/dl
ü  Anak umur 6-14 tahun            : hemoglobin <12 g/dl
ü  Anak umur 6 bulan – 6 tahun : hemoglobin <11 g/dl

Secara kloinis criteria anemia Indonesia umumnya adalah :
ü  Hemoglobin <10 g/dl
ü  Hemotokrit <30 %
ü  Eritrosit <2,8 juta/mm3

2.      Derajat anemia berdasarkan kadar Hemoglobin
Menurut WHO :
ü  Ringan sekali  : Hb 10 g/dl – Batas Normal
ü  Ringan             : Hb 8 g/dl - 9,9 g/dl
ü  Sedang            : Hb 6 g/dl – 7,9 g/dl
ü  Berat               : Hb < 6 g/dl


Departemen Kesehatan menetapkan derajat anemia sebagai berikut :
ü  Ringan sekali  : Hb 11 g/dl – Batas Normal
ü  Ringan             : Hb 8 g/dl - <11 g/dl
ü  Sedang            : Hb 5 g/dl - <8 g/dl
ü  Berat               : Hb <5 g/dl


PENYEBAB ANEMIA
Penyebab Anemia yang paling sering adalah karena perdarahan yang berlebihan, rusaknya sel darah merah secara berlebihan atau yang sering disebut dengan Hemolisis atau pembentukan sel darah merah / hematopoiesis yang tidak efektif, kekurangan zat besi, pendarahan usus, kekurangan vitamin B12, kekurangan asam folat, gangguan fungsi sumsum tulang, Penyakit kronis tertentu, contohnya kanker dan HIV/AIDS. Dapat mempengaruhi produksi sel darah merah.

Selain dari faktor penyebab anemia, penyakit kurang darah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko lain seperti :
  1. Faktor dari keturunan
  2. Kurangnya asupan zat gizi
  3. Penyakit dan gangguan usus serta operasi yang berkaitan dengan usus kecil.
  4. Pendarahan Menstruasi yang berlebihan.
  5. Kehamilan.
  6. Penyakit kronis seperti penyakit kanker, dan gagal ginjal.


TANDA DAN GEJALA ANEMIA
Anemia butuh waktu untuk berkembang. Di awal, mungkin seseorang tidak akan merasakannya. Tetapi ketika sudah bertambah parah, gejala yang timbul sebagai berikut:
1. Kulit Wajah terlihat Pucat
Penderita anemia biasanya jelas terlihat pada wajah dan kulit yang terlihat pucat.
2. Kelopak Mata Pucat
Selain wajah kelopak mata pasien yang mengalami kurang darah juga terlihat pucat. ini merupakan salah satu gejala umum anemia. pemeriksaan biasanya dilakukan dengan cara meregangkan kelopak mata. dan melihat warna kelopak mata bagian bawah.
3. Ujung Jari Pucat
Pemeriksaan bisa kita lakukan dengan cara menekan ujung jari, normal nya setelah di tekan daerah tersebut akan berubah jadi merah. Tetapi, pada orang yang mengalami anemia, ujung jari akan menjadi putih atau pucat.
4. Terlalu Sering dan mudah lelah
Terlalu mudah lelah, padahal aktivitas yang dilakukan tidaklah berat, jika anda merasa mudah lelah sepanjang waktu dan berlangsung lama kemungkinan anda mengalami penyakit anemia. hal ini terjadi karena pasokan energi tubuh yang tidak maksimal akibat kekurangan sel-sel darah merah yang berfungsi sebagai alat transportasi alami didalam tubuh.
5. Denyut Jantung menjadi tidak teratur
Denyut jantung yang tidak teratur, terlalu kuat dan memiliki kecepatan irama denyut jantung yang tidak normal. hal ini terjadi sebagai akibat tubuh kekurangan oksigen. sehingga jantung berdebar secara tidak teratur. pemeriksaan ini hanya bisa dilakukan oleh petugas kesehatan.

6. Sering merasa Mual
Biasanya penderita anemia sering mengalami Mual pada pagi hari. hampir sama seperti tanda-tanda kehamilan. mual pada pagi hari biasa disebut dengan Morning sickness.

7. Sakit kepala
Salah satu dampak kekurangan sel darah merah yaitu otak menjadi kekurangan Oksigen. sehingga menyebabkan nyeri pada kepala. karena inilah penderita Anemia sering mengeluh sakit kepala.
8. Kekebalan tubuh menurun
Kekebalan tubuh / sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun dan biasanya penderita anemia sangat mudah terkena penyakit lain sebagai akibat melemahnya imun tubuh.
9. Sesak napas
Penderita Anemia sering kali merasa sesak nafas dan merasa terengah-engah ketika melakukan aktivitas, hal ini terjadi karena kurangnya oksigen didalam dalam tubuh, akibat kurangnya sel darah merah.


PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN ANEMIA

1.      Cara Pencegahan Penyakit Anemia

Untuk pencegahan penyakit anemia sebenarnya sangat mudah. Seperti dengan mengkonsumsi makanan-makanan yang banyak mengandung zat besi, asam folat, vitamin B12, vitamin C. Berikut ini penjelasan singkat tentang cara pencegahan anemia serta jenis-jenis makanan yang bisa membantu mencegah anemia diantaranya:

a.  Konsumsi makanan yang banyak mengandung Zat besi
Makanan yang banyak mengandung zat besi seperti daging, kacang, sayur-sayuran yang berwarna hijau dan lain-lain. zat besi juga sangat penting untuk wanita yang sedang menstruasi, wanita hamil dan anak-anak.

b.  Konsumsi makanan yang banyak mengandung Asam Folat
Konsumsi makanan yang banyak mengandung Asam folat seperti pisang, sayuran hijau gelap, jenis kacang-kacangan, jeruk, sereal dan lain-lain.

c.  Makanan yang mengandung Vitamin B 12
Bisa didapatkan dengan mengkonsumsi daging dan susu.

d.  Makanan dan minuman yang mengandung Vitamin C
Banyak sekali manfaat-manfaat Vitamin C, salah satunya yaitu bisa membantu penyerapan zat besi. jenis-jenis Makanan yang banyak mengandung vitamin C seperti buah melon, buah jeruk, dan buah beri. itulah beberapa cara mencegah penyakit anemia secara alami.

2.      Terapi dan pengobatan anemia

Terapi dan cara pengobatan penyakit kurang darah yang sering diberikan dirumah sakit untuk mengobati penyakit anemia antara lain sebagai berikut :
  • Pemberian suplemen yang mengandung Zat besi, vitamin B12, dan vitamin-vitamin lain yang dibutuhkan tubuh.
  • Pada penderita anemia berat bisa dilakukan Transfusi darah
  • Pemberian obat-obatan kortikosteroid yang mempengaruhi sistem imun tubuh
  • Pemberian Eritropoietin, yaitu jenis hormon yang membantu proses hematopoiesis pada sumsum tulang.

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Huda Amin & Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC – NOC Edisi Revisi Jilid 1. MediAction. Jogjakarta.
Proverawati, Atikah. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Nuha Medika. Yogyakarta.

Torwoto & Wartonah. 2008. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Hematologi. Trans Info Media. Jakarta.